sudut pandang
Mereka  orang-orang yang  egois. Melihat segala seuatunya sebagai miliknya.  Sedangkan kita hidup  dalam dunia penuh syukur. DImana apa yang  digenggaman kita adalah sebuah  pemberian dan karunia, sesuatu yang  memang sudah seharusnya menjadi  milik bersama bukan milik segelintir  saja.
Maka  disanalah  dia diciptakan. Dia diciptakan untuk menunjukkan siapa  pemiliknya,  sehingga tidak ada orang egois lain yang merebutnya. Namun  disini dia  berubah wujud. Dia diperlakukan sebegitu agung bahkan  disembah.
Kita   hidup dalam dunia kutipan. Dimana kutipan dan angka-angka sangat  dipuja  sebagai sebuah kebenaran. lupakan orisinalitas, ilmiah adalah  sebuah  istilah pembenaran semu yang bahkan tidak benar-benar dianut  oleh para  pembuat istilah tersebut.
Sadar   bung! Dunia tidak sebulat angka-angka desimalmu. Kebenaran tidak   dibatasi kutipan-kutipan dalam lembaran kertas. Buka mata, buka hati,   tapi jangan buka baju. Buka pikiranmu dan rasakan angin kebebasan. Bakar   buku-bukumu jika itu hanya membuatmu semakin bodoh.
Jangan   pernah berkata pernah merasakan sebuah ketenangan yang hakiki sebelum   pernah merasakan apa itu ketakutan. Tidak perlu menodongkan senjata   dimukanya untuk merasakan sebuah ketakutan. Bahkan bunyi jarum jatuh pun   telah cukup untuk membuatnya menggigil ketakutan.
Apa  perbedaan utama dari bekerja dan bermain? Jawabannya  adalah antara hasil dan proses. Bekerja adalah melakukan sesuatu  yang berorientasi pada hasil akhir.  Misalnya adalah ketika  kita bekerja siang dan malam untuk mendapatkan  nafkah. Ketika kita  melakukan sesuatu kita berorientasi pada hasil  akhir. Jika kita tidak  mendapatkan hasil akhir tentunya kita tidak akan  bekerja.
Sedangkan  bermain lebih menekankan pada proses.  Ntah seperti apa  hasilnya, yang penting adalah prosesnya. Dalam  kehidupann sehari-hari  yang disebut proses dalam bermain adalah sesuatu  yang menyenangkan.  Padahal tidak harus seperti itu. Ketika anda fokus  pada proses maka bisa  disebut kita sedang bermain.
Mereka  adalah penyembah  materi, perebut genggaman, manusia tidak berjiwa, dan  golongan akhir.  Namun sayangnya, orang-orang seperti mereka inilah  yang terkadang kita  puja dan kita samakan dengan manusia modern. Kita  salut atas benda-benda  nyata milik mereka, pemikiran-pemikiran mereka  yang dipenuhi dengan  materi, genggaman mereka atas dunia, dan  sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar